Cherophobic part 2

Cherophobic part 2

Kejadian tadi memang diluar dugaanku. Akurasa dia memang gila, tapi? Apa orang gila bisa menebak? Ah, mungkin saja dia mengintip dari kejauhan. Tapi, aku melihatnya berjalan menjauh tadi dan tiba-tiba saja berteriak tepat dibelakangku? Aku terus berfikir untuk mencoba mengurai kejadian ini agar bisa masuk akal. Namun, aku gagal. Dan pada akhirnya, aku tidak akan lagi memikirkan hal ini.

Sesampainya aku di depan pintu gerbang kamar kost ku. Aku disapa oleh ibu kost yang sedang berdiri didepan pintu kamar ku.

"Zan, syukur kamu sudah pulang," sembari tersenyum kepadaku. Aku bahkan merasakan keanehan yang amat sangat ketimbang kejadian yang baru saja aku alami di Gasibu.

"Tumben, kok bisa dia tersenyum? Apa jangan-jangan dia mau menagih uang kost dengan cara baru? Ahh... Bukan-bukan. Waktunya kan masih 12 hari lagi?" Gumamku dalam hati.

"Zan, kok kamu malah ngelamun disitu?" Panggilnya yang langsung membuyarkan lamunanku seketika. Aku juga baru saja menyadari, terpaku didepan gerbang yang sudah terbuka dan sedang memandang tepat kearah ibu kost. Pasti dia berfikir aku... Ahh sudahlah.

"Iya hehehe... Bentar bu, saya parkirkan motor dulu," secara refleks aku menundukkan kepalaku karna malu. Dan bergegas menghampirinya dengan badan sedikit membungkuk dan tangan yang saling menggenggam.

"Ada apa bu?" Tanyaku.

"Kamu suka kucing?" Dia balik bertanya. Pembicaraan apa ini? Kok, tiba-tiba bahas kucing?

" Su..suka kok bu. Kenapa emang?"

" Saya kan, mau pergi ke Jakarta. Jadi, apa kamu mau? Ngerawat kucing ibu? Yaah, paling hanya dikasih makan 3x sehari dan ganti pasir tiap sore atau sepulang kamu ngojek juga bisa," terangnya.

"Mmm... Gimana ya?"

"Gini-gini, kalo kamu mau. Ibu bebasin 2 bulan uang kost kamu, gimana?" Tambah ibu kost. Perasaan bingung dan 70% keberanian yang aku kumpulkan untuk menolak, kini musnah. Bagaimana mungkin aku bisa menolak ini?. 500 ribu ah tidak, 1 juta yang bisa aku hemat dalam 2 bulan ini.

"Oh, oke deh, bu. Saya siap. Mau berapa lama di jakartanya?" Tanyaku lagi.

"3 minggu sih, Zan. Jadi ibu mohon ya? Semua perlengkapannya sudah ibu siapin. Dan kalau kurang, tinggal bilang sama ibu. Oke?" Pungkasnya. Dan pada akhirnya, besok kucing itu resmi menjadi teman dikamarku.

Aku coba meraba-raba isi tas selempangku guna mencari kunci kamar. Setelah didapat, aku membuka kamarku dan..

"Hallo, Zan. Gimana, apa masih mau lebih?"

"AAAA... Kakek lagi? Gimana kakek bis-" aku terrkejut dan mundur beberapa langkah kebelakang.

"Tenanglah, kakek hanya kasihan sama kamu. Karna, kamu jauh dengan keluarga kamu dan kakek yakin, kamu juga anak yang baik," setelah perkataanya itu, aku jadi berfikir. Apa ini semua berhubungan dengan kakek ini? Dan memang, ibu kost sangat susah untuk tersenyum, terutama padaku. Meskipun dia meminta tolong, sesulit apapun perintahnya, dia hanya berbicara dengan nada ketus.

"Jadi, jika jawabanku iya? Terus gimana, kek?" Aku merasa ragu.

"Hm hm hm hm... Kakek akan berikan kebahagiaan padamu setiap saat," dengan senyum yang hangat dan tatapan yang terpaku padaku. Sama pada saat berada di Gasibu tadi sore.

"Oke, saya setuju, kek. Apa ada persyaratannya?" Tanyaku lebih lanjut.

"Tidak-tidak-tidak-tidak. Hanya saja, apa yang kau punya, kau harus menjaganya agar tetap menjadi "ini". Bagaimanapun caranya," jawab kakek itu. Aku tidak terlalu paham dengan apa yang dibicarakan kakek berpakaian serba hitam layaknya pakaian tetua adat Sunda*. Tanpa berfikir panjang. Aku mengizinkannya untuk memberikan kebahagiaan yang dia baru saja katakan. Tidak lama setelahnya, dia berpamitan dan melewatiku yang sedari tadi masih berada di ambang pintu.

Aku seakan tidak bisa tidur malam ini. Berfikir akan ada hal baik apa pada esok hari nanti. Gelisah bercampur dengan bahagia mungkin semua orang juga pasti memahaminya, dan juga akan kesulitan untuk tidur.

###########################

Tok..tok..tok..tok...

Aku terbangun dengan tengkuk dan kepala yang sakit seperti mau pecah. Kulihat jam yang terpasang di dinding masih menunjukkan pukul 6 pagi. Dan aku harus membuka pintu meskipun dengan padangan yang masih buram.

"Siapa?" Tanyaku.

"Ini, ibu," ternyata itu ibu kost. Dan sepertinya dia akan pergi pagi ini.

"Oh, ibu. Sebentar ya!" Sesegera mungkin aku berpakaian dan membuka kunci pintu. Kulihat dia bersama dengan suaminya.

"Ini, Zan. Tolong kamu rawat Melly baik-baik ya. Dan ini sekarung makanan kucing dan 3 karung pasir buat tempat buang airnya, ya? Oh.. sebentar, ini buat kamu," sembari meraih tanganku dan menimpanya dengan amplop yang lumayan tebal kurasa.

"Ah,, ibu kok repot-repot? Tapi makasih banyak ya, bu, "

"Iya sama-sama. Ibu pergi dulu ya," sembari melambaikan tangan dan mengecup kucingnya yang masih berada didalam kandang ia pergi meninggalkan kamu berdua. Suaminya pun hanya tersenyum sembari menganggukkan kepalanya.

Kubawa kucing berbulu putih bersih ini masuk kedalam kost dengan semua perbekalannya. Setelah menaruh itu semua, aku membuka isi amplop itu. Sesekali aku tersnyum gila pada saat akan membuka segelnya.

"Astaga. Apa aku mimpi? Ini 2 juta? Dan buat aku semua?" Sesekali aku menampar wajahku berulang kali, dan ternyata ini bukan mimpi.

Aku segera bergegas untuk mandi, setelahnya, kuberi makan Melly dan segera menyediakan wadah untuk pasirnya lalu, aku bergegas untuk pergi bekerja.

Diperjalanan aku mendapatkan lampu hijau secara berturut-turut. Jalan yang biasanya amat sangat macet dan seringkali aku merasa jengkel dibuatnya, kini lenggang dan aku bisa leluasa menggunakan kecepatan yang lumayan tinggi.

Sesampainya. Aku mendapati teman kerjaku barusaja memenangkan undian berhadiah, dan dia berencana mengajak teman sekantor untuk makan-makan nanti sore. Dan karna boss juga diundang, kami semua diperbolehkan untuk pulang jam 1 siang. Ini benar-benar keajaiban bagiku.

"Ini amazing!" Gumamku dalam hati.

Bersambung...

Tweet

Postingan terkait:

Ditulis Unknown — Sunday 28 January 2018 — 4 Comments — Cerita Horor